LAPORAN
LENGKAP PRAKTIKUM
PUPUK
DAN PEMUPUKAN
(341
G213)
HIJRAHWATI RIZKITA M
G 111 10 319
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : LAPORAN
PRAKTIKUM PUPUK DAN PEMUPUKAN
(341 G213)
Nama : HIJRAHWATI RIZKITA M
Stambuk : G
111 10 319
Kelompok : 29
(Duapuluh Sembilan)
Prodi
: AROTEKNOLOGI
Laporan Ini Disusun Sebagai Salah
Satu Syarat
Untuk Melulusi Mata Kuliah Pupuk dan
Pemupukan
(341 G213)
Pada
Pogram Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2012
Menyetujui,
HAMRAN
Koord. Asisten
|
HADI WIJAYA KUSUMA
Asisten Pembimbing
|
Tanggal Pengesahan
: Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemupukan
merupan suatu kegiatan menambahkan unsure hara kedalam tanah guna mempebaiki
hara dalam tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup pada tanaman untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pada tanaman. Sedangkan pupuk merupakan Pupuk adalah material yang ditambahkan
pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara
yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung
unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling
umum digunakan dan mengandung tiga unsur sekaligus (N P K) unsur tersebut disebut
pupuk lengkap.
Jagung (Zea mays L) merupakan
salah satu tanaman budidaya yang memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan
beras. Namun kendala yang dialami saat ini adalah apakah jenis tanah dan unsur
hara yang diberikan dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung, sehingga kualitas dan kuantitas tanaman jagung bias optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mengetahui perbandingan perlakuan pupuk SP36 dan KCL
dengan tanaman tanpa perlakuan (kontrol). Kegunaan praktikum ini yaitu sebagai
informasi pembelajaran pemberian pupik pada tanaman jagung.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditi Jagung
Morfologi tanaman
jagung
Menurut
Anonim (2008), Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif.
Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub
divisio : Angiospermae
Class
: Monocotyledoneae
O
r d o : Poales
Familia
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
Satu siklus hidup jagung diselesaikan dalam 80-150 hari.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas
yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.Akar jagung tergolong
akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada
pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum
dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun
tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret
dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas
prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih
dini daripada bunga betinanya (protandri).
Syarat tumbuh tanaman
jagung
Adapun faktor iklim yang dibutuhkan
oleh tanaman jagung menurut AAK (1993), ialah:
1.
Suhu
(temperatur)
Temperature yang
dikehendaki tanaman jagung antara 210 C hingga 300C, akan
tetapi temperature optimum adalah antara 230 samapai dengan 270
C. Hal ini tidak menjadi problem yang berarti bagi areal pertanaman jagung di
Indonesia. Temperatur daerah merupakan
salah satu syarat tumbuh tanaman jagung. Pada proses perkecambanhan benih
memerlukan temperature yang cocok, sebsb kehidupan embrio dan pertumbuhanya
menjadi kecambah perlu suhu kira-kira 300 C.
2.
Ketinggian
tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1.800 meter dari
permukaan air laut. Jagung yang ditanam didataran rendah dibawah 800 meter dari
permuaan air laut dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian di atas
800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa hasil yang baik pula.
3.
Intensitas
penyinaran
Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat membantu dalam proses
asimilasi daun. Pada proses asilmilasi tersebut sinar matahari berperan
langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan keseluruh bagian tubuh
tanaman. Hasil dari asimilasi yang disalurkan kebagian calon buah, menjadi
calon buah makin cepat berkembang pengisian buah pun cepat berkembang dan
pengisian buah pun makin bertambah baik, tongkol berisi sehingga hasil tanaman
yang di harapkan dapat terwujudkan. Disamping itu penyinaran matahari juga
berperan dalam pembentukan batang, batang menjadi lebih kokoh. Didaerah tropis
factor penyinaran tidak menjadi masalah yang berarti. Intensitas penyinaran
matahari cukup berarti bagi kehidupan tanaman dan sinar matahari
berperan dalam pembentukan batang.
4.
Curah
hujan
Air dapat menyediakan atau menyiapkan zat hara dari dalam tanah kedaerah
perakaran tanaman, sehingga memudahkan proses penyerapan hara oleh akar-akar
tanaman. Pada daerah yang memiliki tingkat curah hujan yang merata dengan
batasan musim kemarau yang kurang tegas maka kebutuhan air yang cukup terpenuhi
sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik, namun curah hujan yang relative
rendah karena adanya musim kemarau yang lebih panjang, sehingga daerah tersebut
produksi jagung relative lebih rendah. Meskipun demikian tanaman jagung juga
mempunyai kemampuan yang tinggi untum mengambil air dari dalam tanah sehingga
sejumlah air yang menguap dapat di imbangi. Oleh karena itu penanaman jagung
perlu waktu yang tepat, terutama pada daerah yang bercurah hujan rendah.
5.
Kemiringan
tanah
Kemiringan tanah ada hubungannya dengan gerak air pada permukaan tanah.
Hal ini juga merupakan salah satu syarat kehidupan tanaman, termasuk tanaman
jagung. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan penanaman
jagung. Pada tingkat kemiringan tersebut sanagt kecil kemungkinan terjadinya
erosi tanah. Namun air hujan yang berlebih akan terbagi, sehingga meresap dalam
tanah dan sebagian lain dialirkan kedaerah yang lebih rendah. Tanaman jagung
disuatu daerah yang mempunyai tinggkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya
dilakukan pembentukan teras. Tujuanya adalah untuk menghambat terjadinya aliran
air yang agak cepat, yang dapat membawa hara pada tanah yang dilewati.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata.
Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar
matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan
hasil biji yang tidak optimal (Anonim, 2010).
Suhu optimum antara 230 C - 300 C.
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur,
subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi
dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras
dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara
50-600 m dpl (Anonim, 2010).
2.2 Tanah
Tanah Alfisols
merupakan tanah yang relative masih muda, masih banyak mengandung
mineral-mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan
unsure hara yang tinggi pula. Secara potensial termasud jenis tanah yang subur
dan sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian (Munir, 1996).
Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon
bawah (horizon argilik) dan memupunyai kejenuhan basah (berdasarkan jumlah
kation) tinggi yaitu lebih besar dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan
tanah. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya
yang tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Tanah ini dulu termksud tanah
mediteran merah kuning sebagian. Latosol, kadang-kadang juga podsolik merah
kuning (Hardjowigeno, 2003).
Dua prasyarat yang harus dimiliki tanah alfisols adalah
(1) mineral liat kristalin sedang jumlahnya dan (2) terjadi akumulasi liat di
horizon B yang jumlahnya memenuhi syarat horizon argilik atau kandik (Hardjowigeno,
1993).
2.3 Pupuk (N, P, K)
Nitrogen
(N)
Nitrogen diserap oleh tanaman
sebagai NO3- dan NH4+ kemudian
dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah
mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral
lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat (Buckman
dan Brady, 1992).
Nitrogen yang tersedia tidak dapat
langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada
tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan
pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen.
Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini
ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih
menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Poerwowidodo,
1992).
Peranan utama nitrogen (N) bagi
tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya
batang, cabang dan daun. Selain itu,
nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis (Jumin, 1992).
Pupuk N dengan bantuan organik. Pupuk ini hasil sampingan industri
pertanian. Pupuk ini pada umumnya
pelepasan N-nya lambat, hanya setelah dimineralisasi akan menjadi lebih
cepat. Pupuk N dari organic ini sebagian
besar dipergunakan diperusahaan khusus, seperti perusahaan pohon buah-buahan,
sayuran dan bunga, karena sangat meningkatkan kesuburan tanah. Kadang-kadang pupuk ini digolongkan dalam
pupuk majemuk, karena selain mengandung N juga mengandung P dan K walaupun
hanya sedikit. Pada umumnya pupuk ini
diberikan ke dalam tanah sebelum ditanami, kandungan N juga tidak begitu
tinggi, hanya sekitar 4-15 % (Pinus
Lingga, 1993).
Phosphor
(P)
Paling sedikit ada empat sumber
pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk
kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini
yang organik dan anorganik, yang terdapat dalam tanah. Unsur P diserap tanaman
dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4. menyusul kemudian
dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH
sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7.
kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah
memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran tanaman
diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk
HPO42- (Hardjowigeno, 1993).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap
tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat
dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk
fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini
terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan organik yang langsung
dapat diserap oleh tanaman (Hakim, dkk, 1986).
Gejala kekurangan P pada tanaman
jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi
ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan
tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil Pupuk ini mengandung fosfat yang bersifat
masam dan terdapat dalam bentuk mudah dilarutkan dalam air, pupuk ini disebut
super fosfat, ada bentuk lain yang hanya larut dalam nitrat ammnia seperti
scoreis dan fosfat. Fosfat ini sama
sekali tidak bias dilarutkan dalam air atau nitrat. Pupuk P yang bias dilarutkan dalam air. Bentuk ini dapat dipakai pada semua jenis
tanaman dan tanah (Rosmarkam, 2002).
Pupuk P yang tidak melarut. Walaupun bentuk ini tidak larut dalam air
ataupun dalam ammonium nitrat, naum dapat dihisap oleh tanaman pada tanah
masam. Bentukbentuknya ialah fosfta yang
tergiling atau hypephosphat. Pada tanah
masam semua bentuk P dapat dipakai, sedang tanah yang berkapur hanya
bentuk-bentuk yang mencair dapat dipakai (Poerwidodo, 1992).
Kalium
(K)
Berbagai bentuk kalium dalam tanah
digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk
relatif tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang
mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, bahwa
sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan
jasad renik, air irigasi serta larutan
dalam tanah, dan pupuk buatan (Suprapto, 1998).
Unsur ini diserap tanaman dalam
bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang
bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil.
Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti
KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme
penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari
permukaan zarah tanah (Hardjowigeno, 1993).
Di dalam tanah, ion K bersifat
sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH
yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena kaliumnya
bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak
lambat. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral pembentuk tanah
dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang
oleh tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh
air, dan erosi tanah (Harisuseno, 1997).
Peranan kalium secara fisiologis
adalah metabolisme karbohidrat, yakni pembentukan pemecahan, dan translokasi
pati, metabolisme nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur
kegiatan berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam organik penting secara
fisiologis, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat proses pertumbuhan
jaringan meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan
dengan air (Suprapto, 1998).
Pupuk yang mengandung K
bentuk-bentuknya adalah Sylvinite, adalah pupuk yang mengandung 40 % K2O,
adalah garam mineral yang tersuisun dari garam-garam tambang. Kalium khlorida
adalah pupuk yang mengandung 60 % K2O, pupuk ini adalah bentuk yang
paling banyak dipakai dimana-mana, kecuali tanaman yang memang tidak tahan
terhadap Cl, seperti tembakau dan sayur-sayuran. Kalium sulfat adalah pupuk yang mengandung pula belerang 10 % tetapi
dapat dipakai ada tanaman yang
tidak tahan Cl. KCl adalah pupuk yang
mengandung 52 % K2O dan 8 %
Mg yang diimpor dari Jerman, banyak dipakai untuk tanaman buah-buahan yang
banyak memerlukan kecuali K juga Mg nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
3.4 Parameter Pengamatan
Para
meter pengamatan pada praktikum ini yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum pupuk
dan pemupukan ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian(Exfarm),
Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Hasanuddin Makassar. Pada hari rabu 14 maret-9
mei 2012 , pukul 15.30 WITA.
3.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah cangkul, meteran, linggis, ember dan pisau.
Adapun bahan-bahan
yang dignakan yaitu benih padi gogo, air, tali rapia, pupuk KCL, pupuk SP36 dan
pupuk.
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapan Lahan
Adapun prosedur
kerja persiapan lahan dari praktikum ini adalah:
·
Pilih lahan yang akan digunakan untuk praktikum.
·
Bersihkan lahan dan rumput-rumput kemudian bagi
lahan sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
·
Gemburkan lahan yang akan ditanamami benih dan
siram dengan air.
·
Lahan siap ditanami benih.
3.3.2 Penanaman Benih
Adapun prosedur kerja penanaman
benih dari praktikum ini adalah:
·
Sebelum ditanam rendam benih selama 1 hari dalam
air.
·
Kemudian berikan patokan sesuai dengan jarak
tanam yang akan digunakan agar memudahkan dalam menanam benih.
·
Tanam benih dengan cara memasukkan dalam lubang
sedalam 2 cm sebanyak 3 biji kemudian ditutup dengan tanah.
·
Pasangkan tali rapia pada masing-masing lahan
untuk membedakan antara lahan satu dengan lainnya.
3.3.3 Pemupukan
Adapun prosedur
kerja pemupukan dari praktikum ini adalah:
·
Berikan pupuk dasar bersamaan dengan penanaman
benih yaitu pupuk KCL dan pupuk SP36.
·
Berikan pupuk dengan cara menabur disekitar
benih tanaman. Jangan sampai mengenai benih yang ditanam.
·
Tutup dengan tanah agar tidak menguap.
3.3.4 Pengukuran
Adapun prosedur kerja pengukuran
dari praktikum ini adalah:
·
Siapkan alat ukur (penggaris) yang akan
digunakan dalam mengukur.
·
Siapkan alat tulis menulis.
·
Ukur tinggi tanaman dimulai dari batang bawah
sampai daun yang paling panjang.
·
Ukur jumlah anakan dan jumlah daun dari tanaman.
·
Lakukan pengukuran ini selama 5 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi
Tanaman Jagung
4.1.2 Jumlah daun jagung
4.2 Pembahasan
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa perlakuan AIII dimana jarak tanam
>50% dan menggunakan pupuk SP36 dan KCl pertumbuhannya lebih bagus
dibandingkan dengan yang control dengan jarak standar sesuai dengan jarak tanam
ideal pada tanaman jagung dan tanpa melakukan pemupukan ini membuktikan bahwa
tanah tersebut kekurangan unsur hara sehingga perlu melakukan pemupukan dasar
pada awal pertumbuhan tanaman unsur hara yang tersedia didalam tanah tidak
mencukupi dalam pertumbuhan jika tidak diberi pupuk dasar yang mengandung unsur
hara P dan K. dimana unsur tersebut
diperlukan oleh tanaman jika tanah ini diberikan pupuk Urea maka pertumbuhan
akan lebih baik karena pupuk Urea mengandung Unsur hara N yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman dimana unsur hara N bermanfaat bagi tanaman, hal ini
sesuai dengan pendapat Anonim (2012) yang menyatakan unsur hara N bermanfaat Sebagai
penyusun zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting dalam proses
fotosintesis tanaman dan membuat daun tanaman menjadi lebih hijau, Mempercepat
pertumbuhan vegetatif (pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar daun), panjang
malai, jumlah gabah dll; Meningkatkan kadar protein hasil panen tanaman Bagian
terpenting dari asam-asam amino, asam nucleat, dan klorofil.
Pada perlakuan AIII tidak memakai
pupuk urea sehingga tanaman kekurangan unsur N, yang ada hanya unsur hara P
dari pupuk SP36 dan unsur K dari KCl, dimana unsur hara P berfungsi dalam
perangsangan perumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapto, (1998)
yang menyatakan bahwa Fungsi unsur P antara lain merangsang perkembangan akar,
sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen
danmenambah nilai gizi biji.
Pada perlakuan kontrol kelihatan
tanaman mengalami penghambatan pertumbuhan dilihat dari rata-rata pertumbuhan
setiap minggu pertumbuhannya naik tetapi kenaikannya tidak cukup banyak
dibandingkan dengan tanaman perlakuan AIII dimana pertumbuhannya lebih baik,
hal ini dikarenakan tanaman kekurangan unsur P dimana gejala kekurangan unsur P
yaitu pertumbuhan terhambat/ kerdil. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam
(2002) yang menyatakan bahwa Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat
menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau
coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol
jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Perlakuan AIII rata-rata tinggi tanaman lebih baik
dibandingkan rata-rata tinggi tanaman kontrol karena tanaman control tidak
mengalami pemupukan kekurangan unsur hara N, P, K.
2.
Pada tanaman perlakuan AIII memerlukan pemberian pupuk
Urea diman pupuk ini mengandung unsur hara N dimana unsur tersebut sangat
diperlukan olehtanaman karena memiliki manfaat yang banyak untuk tanaman.
3.
Gejala kekurangan unsur P dalam tanah pada tanaman
jagung yaitu pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil.
5.2 Saran
Sebaiknya
agar hasil budidaya suatu tanaman mendapat hasil yang baik maka perlu di
beri unsur hara dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk Urea, SP36
dan KCl secara tidak berlebihan agar tidak kekurangan unsur N,P, K seingga
mendapatkan hasil yang tanaman yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,2008.http://id.friendplay.com/index.php?m=blog&c=show_std_blog_comment&username=akhmad06&post_id=4252.
Diakses pada hari selasa 15 Mei 2012.
Anonim, 2010.http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/jagung. Diakses
pada hari selasa 15 Mei 2012.
Anonym, 2012.Urea. http://www.pupukkaltim.com/ina/produk/index.php?act=urea diakses pada 15 Mei 2012.
AAK.,1993. Seri Budidaya Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Buckman H.O. dan N.C. Brady, 1992. Ilmu
Tanah. Bharata Karya Aksara,
Jakarta.
Hakim Nurhayati, M. Yusuf Nyaka, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho,
M. Rusdi Saul, G. Ban Hong, H. Bailel, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno,S. 1993.
Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Mediyatma Sarana Perkasa, Jakarta.
Harisuseno,, 1997. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex, Jakarta
Jumin, H.B., 1992.
Dasar-Dasar Agronomi. Rineka Cipta, Jakarta.
Munir, M., 1996.
Tanah-Tanah Utama Di Indonesia
Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. IPB, Bogor.
Pairunan, A. K. J. L. Nanera, Solo, S.R. Samosir. R.
Tangkaisari, J.R.Lalopua, B. Ibrahim, H. Asmadi, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Poerwidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.
Rosmarkam,A dan Widya
Yuwono.N., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Penerbit Kanisius. Jakarta.
Suprapto, 1998. Bertanam Jagung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel 1. Pengamatan Pertama
|
||
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (cm)
|
A1
|
15,6
|
2
|
A2
|
16,1
|
2
|
A3
|
17,4
|
3
|
A4
|
16,3
|
3
|
A5
|
17,8
|
3
|
B1
|
18
|
2
|
B2
|
15,3
|
4
|
B3
|
14,2
|
3
|
B4
|
15,9
|
3
|
B5
|
13,6
|
4
|
C1
|
11,9
|
2
|
C2
|
13,1
|
3
|
C3
|
19.8
|
4
|
C4
|
18
|
4
|
C5
|
17,5
|
4
|
Tabel 2. Pengamatan Kedua
|
||
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (cm)
|
A1
|
23,4
|
4
|
A2
|
22,5
|
4
|
A3
|
27
|
4
|
A4
|
26,9
|
5
|
A5
|
26
|
4
|
B1
|
22,8
|
3
|
B2
|
21,5
|
5
|
B3
|
25,6
|
4
|
B4
|
30
|
2
|
B5
|
24
|
5
|
C1
|
19
|
3
|
C2
|
19,8
|
4
|
C3
|
26
|
4
|
C4
|
24,3
|
5
|
C5
|
28,5
|
5
|
Tabel 3. Pengamatan Ketiga
|
||
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (cm)
|
A1
|
34,2
|
5
|
A2
|
45
|
5
|
A3
|
53
|
5
|
A4
|
50,2
|
6
|
A5
|
34
|
5
|
B1
|
39,5
|
5
|
B2
|
29,3
|
5
|
B3
|
44
|
5
|
B4
|
48
|
6
|
B5
|
43,3
|
6
|
C1
|
24,4
|
3
|
C2
|
40,6
|
5
|
C3
|
33
|
5
|
C4
|
46
|
5
|
C5
|
45,2
|
6
|
Tabel 4. Pengamatan Keempat
|
||
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (cm)
|
A1
|
47
|
6
|
A2
|
72,1
|
5
|
A3
|
93,6
|
6
|
A4
|
85,9
|
7
|
A5
|
64,8
|
5
|
B1
|
61,4
|
6
|
B2
|
60
|
5
|
B3
|
87,5
|
6
|
B4
|
87,3
|
7
|
B5
|
76,6
|
6
|
C1
|
49
|
5
|
C2
|
37
|
6
|
C3
|
51,4
|
5
|
C4
|
66,9
|
6
|
C5
|
78,2
|
7
|
Tabel 5. Pengamatan Kelima
|
||
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (cm)
|
A1
|
75,6
|
6
|
A2
|
91
|
7
|
A3
|
121,4
|
8
|
A4
|
137,1
|
8
|
A5
|
99
|
7
|
B1
|
95,2
|
8
|
B2
|
86
|
7
|
B3
|
120,3
|
7
|
B4
|
97
|
8
|
B5
|
135,1
|
7
|
C1
|
66,6
|
5
|
C2
|
68,7
|
7
|
C3
|
79
|
7
|
C4
|
93.7
|
8
|
C5
|
98
|
7
|
Tabel 6. Pengamatan Keenam
|
||
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun (cm)
|
A1
|
98,4
|
7
|
A2
|
121,2
|
8
|
A3
|
155
|
9
|
A4
|
166,8
|
10
|
A5
|
140,2
|
7
|
B1
|
141,7
|
8
|
B2
|
131,5
|
8
|
B3
|
151,5
|
8
|
B4
|
143,9
|
9
|
B5
|
150
|
9
|
C1
|
83,8
|
6
|
C2
|
90,5
|
8
|
C3
|
118,2
|
7
|
C4
|
141,7
|
9
|
C5
|
145,3
|
8
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar