Sabtu, 09 Juni 2012

jurnal konservasi tanah dan air


ANALISIS KONSERVASI LAHAN

PERKEBUNAN KOPI DI DESA LENGKESE
Oleh :
Ana Hasra Beliana , A. Firman Ali Safaat, Andi Nurmaliah, Haeriyah, Rezkiwati Fajri, Hijrahwati Rizkita M , Hairuddin , Zulfikar Ali Ahmad, Muh. Ikbal, Suriani, Rusdi, Sulastria, Hamdani Muchtar


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Tamalanrea Makassar 90254

ABSTRAK
Konservasi tanah dan air merupakan upaya meningkatkan fungsi lahan untuk berproduksi secara lestari. konservasi tanah dan air diharapkankan dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan sehingga masyarakat dapat terhindar dari dampak dari erosi yang memerlukan dana yang cukup besar dalam penanganan dampak erosi tersebut. Praktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui usaha konservasi tanah dan air sebagai alternatif upaya peningkatan pendapatan petani di agroekosistem lahan kering dan mengungkap dampak potensial kegiatan konservasi tanah dan air terhadap perbaikan dan pelestarian tanah dan air serta tanaman yang tumbuh diatasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha konservasi tanah dan air sebagai alternatif upaya mencegah erosi sehingga dapat menunjang lahan untuk berproduksi tinggi dan mengungkap dampak potensial kegiatan konservasi tanah dan air terhadap perbaikan dan pelestarian tanah dan air serta tanaman yang tumbuh diatasnya.Penelitian telah dilakukan di Desa Lengkese, Kecamatan Tinggi moncong, Malino, Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan dalam menghitung tingkat erosi adalah USLE (Universal Soil Loss Equation). Hasil perhitungan dengan metode USLE akan dibandingkan dengan hasil toleransi kehilangan tanah dengan menggunakan rumus TSL(Tollerable Soil Loss) sehingga dapat diketahui tindakan konservasi apa yang harus diterapkan pada daerah tersebut.
Kata kunci : Tanah, Konservasi, Erosi, USLE, TSL.


PENDAHULUAN
Erosi tanah adalah peristiwa terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh air atau angin (Arsyad, 1976). Pada dasarnya ada tiga proses penyebab erosi yaitu pelepasan (detachment) partikel tanah, pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation). Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) dan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi yang disebabkan oleh air hujan merupakan penyebab utama degradasi lahan di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanah-tanah di daerah berlereng mempunyai risiko tererosi yang lebih besar daripada tanah di daerah datar. Selain tidak stabil akibat pengaruh kemiringan, air hujan yang jatuh akan terus menerus memukul permukaan tanah sehingga memperbesar risiko erosi. Berbeda dengan daerah datar, selain massa tanah dalam posisi stabil, air hujan yang jatuh tidak selamanya memukul permukaan tanah karena dengan cepat akan terlindungi oleh genangan air.
Konservasi itu sendiri merupakan kata berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Arsyad, 2002).
Tanah yang hilang akibat proses erosi tersebut terangkut oleh air sehingga menyebabkan pendangkalan saluran drainase termasuk parit, sungai, dan danau. Erosi yang telah berlanjut menyebabkan rusaknya ekosistem sehingga penanganan-nya akan memakan waktu lama dan biaya yang mahal. Menurut Kurnia et al. (2002), kerugian yang harus ditanggung akibat degradasi lahan tanpa tindakan rehabilitasi lahan mencapai Rp 291.715,- /ha, sedangkan apabila lahan dikonservasi secara vegetatif, maka kerugian akan jauh lebih rendah. Pencegahan dengan teknik konservasi yang tepat sangat diperlukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab erosi. Kondisi sosial ekonomi dan sumber daya masyarakat juga menjadi pertimbangan sehingga tindakan konservasi yang dipilih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan, menambah pendapatan petani serta memperkecil risiko degradasi lahan.
Sitanala Arsyad (1989), mengemukakan bahwa konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Sistem penilaian tanah untuk maksud tersebut dirumuskan dalam system klasifikasi kemampuan lahan yang ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi, memperbaiki tanah yang rusak dan memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.
Bentuk-bentuk konservasi tanah dapat di bedakan menjadi 3, yaitu : cara mekanis, vegetatif dan cara gabungan dari kedua cara tersebut, cara mekanis dapat dilihat dengan adanya pembuatan terras-terras seperti terras kredit, terras guludan dan terras bangku sedangkan cara vegetatif yakni berupa penanaman sejajar kontur dan reboisasi serta penghijauan tanah milik penduduk (Kartasaputra, Mul Mulyadi Sutedjo, 2000).
Sitanala Arsyad (1989) juga mengemukakan tentang dua strategi konservasi tanah. Pertama, metode prediksi erosi yaitu cara untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Prediksi erosi merupakan salah satu hal penting untuk mengambil keputusan dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu bidang lahan. Model prediksi erosi yang umum digunakan di Indonesia adalah model USLE (Universal Soil Loss Equation).
Metode USLE adalah model prediksi erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar dan alur pada keadaan tertentu dengan menggunakan rumus:

A = R x K x LS x C x P

Dimana :
A = Besarnya kehilangan tanah (ton\ha\tahun), diperoleh dari perkaitan faktor-faktor erosi. Besarnya kehilangan tanah atau erosi dalam hal ini hanya terbatas pada erosi permukaan. Tidak termasuk sedimen yang diendapkan.
R : Indeks erosivitas hujan
K : Indeks erodibilitas tanah
L : Indeks Panjang Lereng
S : Indeks Kemiringan Lereng
C : Indeks penutup tanah
P : Indeks tindakan konservasi tanah
Metode yang kedua adalah metode konservasi tanah. Metode konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdepresi. dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran pernukaan. Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman atau tetumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah, dan (3) mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Oleh karena itu diperlukan pengamatan yang cermat atas kenyataan yang berlangsung di dalam penanganan konservasi tanah dan air. Sehingga dapat dirumuskan suatu konsep sebagai perkakas pembanguna menuju harapa di masa depan yang lebih erah dalam pembangunan pertanian, khususnya yang menyangkut pengembangan sumberdaya alam terutama upaya konservasi tanah dan air.
Adapun tujuan dari praktikun konservasi tanah dan air ini yaitu untuk mengetahui tingkat dan volume erosi yang terjadi dan tindakan konservasi masyarakat Desa Lengkese yang sudah dilakukan untuk mencegah erosi yang berlebihan itu.
            Kegunaan dari  praktikum ini yaitu sebagai media informasi bagi masyarakan tentang tingkat erosi yang masih bisa ditoleransi dan tindakan konservasi apa yang harus dilakukan untuk mencegah erosi berlebihan.

METODE PENELITIAN

Praktek lapangan di laksanakan di Desa Lengkese, Kecamatan Tinggi moncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan,tahun 2012. Titik kordinat lokasi: 5014’37.00”S 120000’37.15”T.Penentuan lokasi didasarkan pada pertimbangan praktek-praktek usaha konservasi tanah dan air  serta merupakan areal yang berpengaruh besar terhadap Waduk dan DAS Bili-Bili, dimana data erosi tanah dan konservasi tanahdan air diperlukan sebagai salah satu data untuk menanggulangi masalah sedimentasi di Waduk Bili-Bili, sedimentasi yang sering terjadi akibat erosi sering mempengaruhi umur efektif dari suatu bendungan.
Dan metodenya dilakukan secara observasi dan sumber bahasan utama didasarkan atas data primer yang dilengkapi data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara anggota kelompok tani. Selain itu melalui observasi langsung di lapangan untuk melihat usaha-usaha konservasi yang telah dilakukan. Data yang dikumpulkan antara lain monograf desa, peta penggunaan lahan, data curah hujan, data kelerengan, dan teknik konsevasi yang di praktekkan oleh masyarakat petani.  Kemudian data kualitatif dan kuantitatif yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Adapun metode yang digunakan untuk analisis erosi adalah sebagai berikut:
a.    Faktor Erosivitas
Dalam praktikum ini penentuan faktor erosivitas hujan ( R ) yang digunakan adalah EI30 yang merupakan perkalian antara energi kinetik hujan ( E ) dengan menggunakan berbagai formula atau persamaan untuk memperoleh nilai R diantaranya rumus pendugaan EI30 menurut Bols(1978), yaitu :EI30= 6.119 ( R )­1,21 ( H )-0,47 ( RM) 0,53
b.   Faktor Erodibilitas Tanah ( K )
Untuk mengetahui tingkat erodibilitas tanah (K), pada praktikum ini menggunakan metode dengan nomograf (Wischmeier, 1971), atau menggunakan rumus  Hammer (1978), sebagai berikut:
c.    MetodePenetapan Tekstur di Laboratorium
Menghitung persen pasir, persen liat, persen debu dengan menggunakan metodepenentuantekstur hidrometer.
d.   Metode penetapan bahan organik
Pada prinsipnya metode penetapan bahan organik dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
(mlB – ml t)N x 3 x 1,33
% C =                                        x 100                                    x 100%
Mg contoh tanah tanpa air

% Bahan Organik = % C x 1,724
e.    Metodepenentuan permeabilitas
Metode penentuan permeabilitas berkaitan erat dengan banyaknya air yang mengalir pada setiap pengukuran (Q), dan waktu yang digunakan air untuk pengukuran.
f.     Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
Faktor panjang lereng dan kemiringan lereng dihitung menggunakan rumus Morgan (1979), menggunakan nomograf nilai faktor LS (Suripin, 2000).
g.   Faktor Vegetasi Penutup Tanah
Kondisi tutupan lahan berdasarkan jenis penggunaan lahan untuk mengetahui nilai indeks tutupan vegetasi di lokasi praktek. Dan nilai C dapat dihitung dengan persamaan :
                     A
C =                                                          
R x K x LS x P
h.   Faktor tindakan konservasi (P)
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (P) adalah nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan konservasi (Suripin, 2001). Nilai P adalah 1,0 yang diberikan untuk lahan tanpa adanya tindakan pengendalian erosi. Menurut USLE persamaan umum nilai P yaitu sebagai berikut :
A
P =                                          
R x K x L x S x C

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
     kriteria

bulan 
R (m/m)
H (m/m)
RM (m/m)
El30
Januari
18.44
18.89
29.56
314.77
Februari
19.67
19.89
34.00
357.63
Maret
22.00
15.00
46.56
552.43
April
17.44
13.78
33.78
366.31
Mei
16.44
9.33
24.44
345.05
Juni
4.00
7.33
22.00
300.81
Juli
11.11
5.56
15.67
216.45
Agustus
6.89
3.33
9.11
115.79
September
1.89
2.33
2.67
14.92
Oktober
11.44
8.00
16.11
191.82
November
16.00
15.22
27.22
280.81
Desember
19.11
20.22
33.22
338.57
Sumber: Data Primer Hasil Pengolahan, 2012

R = 61,785 cm/tahun
K= 0,068%
L= 3,02 m
S= 14,23%
C= 0,2
P= 0,4
A = R x K x L x S x C x P
Dimana :
A = Banyaknya tanah yang tererosi
R : Indeks erosivitas hujan
K : Indeks erodibilitas tanah
L : Indeks Panjang Lereng
S : Indeks Kemiringan Lereng
C : Indeks penutup tanah
P : Indeks tindakan konservasi tanah


A= 61,785x0,152x3,02x14,23x0,2 x0,40
   = 32,29 ton/ha/thn
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil untuk besarnya erosi yang terjadi di daerah Lengkese menurut USLE yaitu 32,29 ton/ha/thn dan besarnya erosi yang masih bisa ditoleransi (TSL) yaitu 6,25 ton/ha.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pada tabel di atas diperoleh hasil bahwa faktor erosivitas hujan sebesar 61,78 cm/thn, untuk faktor erodibilitas tanah diperoleh sebesar 0,068 cm/jam, untuk faktor panjang lereng 3,02  m dan kemiringan lereng diperoleh 14,23, adapun faktor vegetasi penutup tanah diperoleh 0,2 dan faktor tindakan konservasi tanah sebesar 0,5.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di daerah Lengkese maka diperoleh hasil yang menyatakan bahwa besar erosi di daerah ini mencapai 32,29 ton/ha/thn sedangkan besarnya erosi yang masih bisa ditoleransi sebesar 6,25 ton/ha. Berarti erosi pada daerah ini sudah diluar dari batas toleransinya. Hal ini menyatakan bahwa di daerah Lengkese perlu dilakukan tindakan konservasi, karena dari hasil pengamatan di lapangan terlihat di daerah ini belum dilakukan tindakan konservasi dengan kondisi volume erosi yang cukup besar. Dalam kaitannya dengan erosi, Suripin (2004) mengatakan bahwa besarnya erosi maksimum yang masih dapat dibiarkan berkisar antara 2,5 – 12.5 ton/ha/tahun. Sedangkan besar erosi yang tercapai pada daerah tersebut sudah melewati erosi maksimum yang dapat dibiarkan.
Melihat kondisi topografi yang mencapai 60%, tindakan konservasi yang perlu dilakukan yaitu dengan mengkombinasikan konservasi secara vegetatif dan konservasi secara mekanik.
Adapun tindakan vegetatif yang direkomendasikan yaitu pemberian mulsa. Sedangkan tindakan konsevasi secara mekanik yang direkomendasikan adalah pembuatan terras seperti terras batu hal ini sesuai dengan pendapat Sutono, dkk (1999), yang menyatakan bahwa untuk lahan dengan kemiringan 60% sebaiknya dilakukan tindakan konservasi secara vegetatif dan mekanik. Untuk metode vegetatif bisa dilakukan dengan cara Pemberian mulsa yang dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan.
Mulsa bisa menggunakan sisa-sisa tanaman atau tumbuhan dengan dipotong-potong kemudian disebarkan merata di atas tanah. Selain, menggunakan sisa tanaman, pemulsaan dapat juga menggunakan bahan lain misalnya plastik, batu, atau pasir. Dengan melihat kondisi di sekitar tanaman kopi yang banyak terdapat batu, maka kita dapat memanfaatkan kondisi tersebut dengan memperbaiki susunan batu yang ada di lahan.
Sedangkan untuk tindakan mekanik, dapat dipertimbangkan dengan membuat terras individu. Terras individu merupakan terras yang dibuat terpisah-pisah pada masing-masing tanaman. Terras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat pembuatan lobang tanaman. Ukuran terras individu disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan terras individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman dan menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti terras bangku yang terpisah. Tanah di sekeliling terras individu tidak diolah atau ditanami dengan rumput atau tanaman penutup tanah. Pembuatan terras individu ini dilakukan dengan membuat batas galian dengan mencangkul tanah mulai dari bagian bawah patok pembantu melalui pencangkulan tanah dengan panjang 2 meter, kemudian menggali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawahnya sehingga membuat bidang datar dengan panjang 2 meter dan lebar sekitar 1 meter atau disesuaikan dengan keperluan tiap jenis tanaman, tanah urugan dipadatkan di bagian tepi khususnya di bawah lereng (bagian timbunan) dan diberi patok-patok penguat (trucuk). Tanah di sekeliling terras individu tidak boleh diolah, sebaiknya ditanami rumput.



KESIMPULAN
1.      Volume erosi di daerah Desa Lengkese adalah 32,29 ton/ha/thn sedangkan nilai TSLnya adalah 6,25 ton/ha.
2.   Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya erosi yang terjadi di Desa Lengkese yaitu faktor curah hujan yang tinggi, erodibilitas, panjang lereng, kemiringan lereng yang cukup terjal, jenis batuan, dan manajemen (faktor manusia).

3.      Erosi yang terjadi dapat digolongkan erosi besar melihat selisih erosi yang terjadi dengan batas toleransi pada lahan tersebut.
4.      Tindakan konservasi yang sebaiknya diberikan pada lahan adalah tindakan vegetatif yaitu pemberian mulsa dan tindakan mekanik yaitu dengan membuat terras individu pada setiap tanaman.


DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., S. Abuyamin, dan U. Kurnia. 1984. Pengelolaan tanah dan tanaman untuk usaha konservasi tanah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 3: 7-11.
Anonim. 2011. Modul dan Penuntun Praktikum Konservasi Tanah dan Air. Laboratorium Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2011.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Kurnia, et al. 2002. Pengaruh Bedengan dan Tanaman Penguat Terras terhadap Erosi dan Produktivitas Tanah pada Lahan Sayuran. Hlm. 207-219 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Pupuk. Cisarua – Bogor, 30 – 31 Oktober 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Buku II.
Kartasapoetra, A.G, dan M.M. Sutedjo. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
 Taryono. 1995. Kajian Erosi Permukaan dan Perlakuaan Konservasai Tanah di Sub Daerah Aliran Sungai Gobeh Kabupaten Wonogiri. Thesis. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM
























2 komentar: