Sabtu, 09 Juni 2012


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
PUPUK DAN PEMUPUKAN
(341 G213)

 






HIJRAHWATI RIZKITA M

                                                                      G 111 10 319















JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
                                                     UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

HALAMAN PENGESAHAN


Judul              : LAPORAN PRAKTIKUM PUPUK DAN PEMUPUKAN
                          (341 G213)
Nama              : HIJRAHWATI RIZKITA M
Stambuk         : G 111 10 319
Kelompok      : 29 (Duapuluh Sembilan)
Prodi               : AROTEKNOLOGI




Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Melulusi Mata Kuliah Pupuk dan Pemupukan
(341 G213)

Pada

Pogram Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2012




Menyetujui,






HAMRAN
Koord. Asisten
HADI WIJAYA KUSUMA
Asisten Pembimbing



Tanggal Pengesahan     :   Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemupukan merupan suatu kegiatan menambahkan unsure hara kedalam tanah guna mempebaiki hara dalam tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pada tanaman. Sedangkan pupuk merupakan Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
            Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan dan mengandung tiga unsur sekaligus (N P K) unsur tersebut disebut pupuk lengkap.
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman budidaya yang memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan beras. Namun kendala yang dialami saat ini adalah apakah jenis tanah dan unsur hara yang diberikan dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung, sehingga kualitas dan kuantitas tanaman jagung bias optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui perbandingan perlakuan pupuk SP36 dan KCL dengan tanaman tanpa perlakuan (kontrol). Kegunaan praktikum ini yaitu sebagai informasi pembelajaran pemberian pupik pada tanaman jagung.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditi Jagung
Morfologi tanaman jagung
Menurut Anonim (2008), Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
O r d o : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Satu siklus hidup jagung diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Syarat tumbuh tanaman jagung
Adapun faktor iklim yang dibutuhkan oleh tanaman jagung menurut AAK (1993), ialah:
1.        Suhu (temperatur)
Temperature yang dikehendaki tanaman jagung antara 210 C hingga 300C, akan tetapi temperature optimum adalah antara 230 samapai dengan 270 C. Hal ini tidak menjadi problem yang berarti bagi areal pertanaman jagung di Indonesia.  Temperatur daerah merupakan salah satu syarat tumbuh tanaman jagung. Pada proses perkecambanhan benih memerlukan temperature yang cocok, sebsb kehidupan embrio dan pertumbuhanya menjadi kecambah perlu suhu kira-kira 300 C.
2.        Ketinggian tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1.800 meter dari permukaan air laut. Jagung yang ditanam didataran rendah dibawah 800 meter dari permuaan air laut dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian di atas 800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa hasil yang baik pula.
3.        Intensitas penyinaran
Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat membantu dalam proses asimilasi daun. Pada proses asilmilasi tersebut sinar matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan keseluruh bagian tubuh tanaman. Hasil dari asimilasi yang disalurkan kebagian calon buah, menjadi calon buah makin cepat berkembang pengisian buah pun cepat berkembang dan pengisian buah pun makin bertambah baik, tongkol berisi sehingga hasil tanaman yang di harapkan dapat terwujudkan. Disamping itu penyinaran matahari juga berperan dalam pembentukan batang, batang menjadi lebih kokoh. Didaerah tropis factor penyinaran tidak menjadi masalah yang berarti. Intensitas penyinaran matahari cukup berarti bagi kehidupan tanaman dan sinar matahari berperan dalam pembentukan batang.
4.        Curah hujan
Air dapat menyediakan atau menyiapkan zat hara dari dalam tanah kedaerah perakaran tanaman, sehingga memudahkan proses penyerapan hara oleh akar-akar tanaman. Pada daerah yang memiliki tingkat curah hujan yang merata dengan batasan musim kemarau yang kurang tegas maka kebutuhan air yang cukup terpenuhi sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik, namun curah hujan yang relative rendah karena adanya musim kemarau yang lebih panjang, sehingga daerah tersebut produksi jagung relative lebih rendah. Meskipun demikian tanaman jagung juga mempunyai kemampuan yang tinggi untum mengambil air dari dalam tanah sehingga sejumlah air yang menguap dapat di imbangi. Oleh karena itu penanaman jagung perlu waktu yang tepat, terutama pada daerah yang bercurah hujan rendah.
5.        Kemiringan tanah
Kemiringan tanah ada hubungannya dengan gerak air pada permukaan tanah. Hal ini juga merupakan salah satu syarat kehidupan tanaman, termasuk tanaman jagung. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan penanaman jagung. Pada tingkat kemiringan tersebut sanagt kecil kemungkinan terjadinya erosi tanah. Namun air hujan yang berlebih akan terbagi, sehingga meresap dalam tanah dan sebagian lain dialirkan kedaerah yang lebih rendah. Tanaman jagung disuatu daerah yang mempunyai tinggkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras. Tujuanya adalah untuk menghambat terjadinya aliran air yang agak cepat, yang dapat membawa hara pada tanah yang dilewati.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal (Anonim, 2010).
Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Anonim, 2010).
2.2 Tanah
Tanah Alfisols merupakan tanah yang relative masih muda, masih banyak mengandung mineral-mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsure hara yang tinggi pula. Secara potensial termasud jenis tanah yang subur dan sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian (Munir, 1996).
Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon argilik) dan memupunyai kejenuhan basah (berdasarkan jumlah kation) tinggi yaitu lebih besar dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya yang tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Tanah ini dulu termksud tanah mediteran merah kuning sebagian. Latosol, kadang-kadang juga podsolik merah kuning (Hardjowigeno, 2003).
Dua prasyarat yang harus dimiliki tanah alfisols adalah (1) mineral liat kristalin sedang jumlahnya dan (2) terjadi akumulasi liat di horizon B yang jumlahnya memenuhi syarat horizon argilik atau kandik (Hardjowigeno, 1993).



2.3 Pupuk (N, P, K)
Nitrogen (N)
            Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994).  Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah  nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
            Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen.  Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Poerwowidodo, 1992).
            Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun.  Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Jumin, 1992).
            Pupuk N dengan bantuan organik.  Pupuk ini hasil sampingan industri pertanian.  Pupuk ini pada umumnya pelepasan N-nya lambat, hanya setelah dimineralisasi akan menjadi lebih cepat.  Pupuk N dari organic ini sebagian besar dipergunakan diperusahaan khusus, seperti perusahaan pohon buah-buahan, sayuran dan bunga, karena sangat meningkatkan kesuburan tanah.  Kadang-kadang pupuk ini digolongkan dalam pupuk majemuk, karena selain mengandung N juga mengandung P dan K walaupun hanya sedikit.  Pada umumnya pupuk ini diberikan ke dalam tanah sebelum ditanami, kandungan N juga tidak begitu tinggi, hanya sekitar 4-15 %  (Pinus Lingga, 1993).
Phosphor (P)
            Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang terdapat dalam tanah. Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4. menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7. kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42- (Hardjowigeno, 1993).
            Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim, dkk, 1986).
            Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil  Pupuk ini mengandung fosfat yang bersifat masam dan terdapat dalam bentuk mudah dilarutkan dalam air, pupuk ini disebut super fosfat, ada bentuk lain yang hanya larut dalam nitrat ammnia seperti scoreis dan fosfat.  Fosfat ini sama sekali tidak bias dilarutkan dalam air atau nitrat.  Pupuk P yang bias dilarutkan dalam air.  Bentuk ini dapat dipakai pada semua jenis tanaman dan tanah (Rosmarkam, 2002).
            Pupuk P yang tidak melarut.  Walaupun bentuk ini tidak larut dalam air ataupun dalam ammonium nitrat, naum dapat dihisap oleh tanaman pada tanah masam.  Bentukbentuknya ialah fosfta yang tergiling atau hypephosphat.  Pada tanah masam semua bentuk P dapat dipakai, sedang tanah yang berkapur hanya bentuk-bentuk yang mencair dapat dipakai (Poerwidodo, 1992).
Kalium (K)
            Berbagai bentuk kalium dalam tanah digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, bahwa sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad  renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan (Suprapto, 1998).
            Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari permukaan zarah tanah (Hardjowigeno, 1993).
            Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak lambat. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang oleh tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah (Harisuseno, 1997).
            Peranan kalium secara fisiologis adalah metabolisme karbohidrat, yakni pembentukan pemecahan, dan translokasi pati, metabolisme nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam organik penting secara fisiologis, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat proses pertumbuhan jaringan meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Suprapto, 1998).
            Pupuk yang mengandung K bentuk-bentuknya adalah Sylvinite, adalah pupuk yang mengandung 40 % K2O, adalah garam mineral yang tersuisun dari garam-garam tambang. Kalium khlorida adalah pupuk yang mengandung 60 % K2O, pupuk ini adalah bentuk yang paling banyak dipakai dimana-mana, kecuali tanaman yang memang tidak tahan terhadap Cl, seperti tembakau dan sayur-sayuran.  Kalium sulfat adalah    pupuk yang     mengandung pula     belerang 10 %  tetapi    dapat dipakai ada  tanaman yang tidak tahan Cl.  KCl adalah pupuk yang mengandung 52 % K2O dan    8 % Mg yang diimpor dari Jerman, banyak dipakai untuk tanaman buah-buahan yang banyak memerlukan kecuali K juga Mg nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
3.4 Parameter Pengamatan
Para meter pengamatan pada praktikum ini yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pupuk dan pemupukan ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian(Exfarm), Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Hasanuddin Makassar. Pada hari rabu 14 maret-9 mei 2012 , pukul 15.30 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, meteran, linggis, ember dan pisau.
Adapun bahan-bahan yang dignakan yaitu benih padi gogo, air, tali rapia, pupuk KCL, pupuk SP36 dan pupuk.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapan Lahan
Adapun prosedur kerja persiapan lahan dari praktikum ini adalah:
·         Pilih lahan yang akan digunakan untuk praktikum.
·         Bersihkan lahan dan rumput-rumput kemudian bagi lahan sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
·         Gemburkan lahan yang akan ditanamami benih dan siram dengan air.
·         Lahan siap ditanami benih.


3.3.2 Penanaman Benih
Adapun prosedur kerja penanaman benih dari praktikum ini adalah:
·         Sebelum ditanam rendam benih selama 1 hari dalam air.
·         Kemudian berikan patokan sesuai dengan jarak tanam yang akan digunakan agar memudahkan dalam menanam benih.
·         Tanam benih dengan cara memasukkan dalam lubang sedalam 2 cm sebanyak 3 biji kemudian ditutup dengan tanah.
·         Pasangkan tali rapia pada masing-masing lahan untuk membedakan antara lahan satu dengan lainnya.
3.3.3 Pemupukan
Adapun prosedur kerja pemupukan dari praktikum ini adalah:
·         Berikan pupuk dasar bersamaan dengan penanaman benih yaitu pupuk KCL dan pupuk SP36.
·         Berikan pupuk dengan cara menabur disekitar benih tanaman. Jangan sampai mengenai benih yang ditanam.
·         Tutup dengan tanah agar tidak menguap.
3.3.4 Pengukuran
Adapun prosedur kerja pengukuran dari praktikum ini adalah:
·         Siapkan alat ukur (penggaris) yang akan digunakan dalam mengukur.
·         Siapkan alat tulis menulis.
·         Ukur tinggi tanaman dimulai dari batang bawah sampai daun yang paling panjang.
·         Ukur jumlah anakan dan jumlah daun dari tanaman.
·         Lakukan pengukuran ini selama 5 minggu.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman Jagung
4.1.2 Jumlah daun jagung
4.2 Pembahasan
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa perlakuan AIII dimana jarak tanam >50% dan menggunakan pupuk SP36 dan KCl pertumbuhannya lebih bagus dibandingkan dengan yang control dengan jarak standar sesuai dengan jarak tanam ideal pada tanaman jagung dan tanpa melakukan pemupukan ini membuktikan bahwa tanah tersebut kekurangan unsur hara sehingga perlu melakukan pemupukan dasar pada awal pertumbuhan tanaman unsur hara yang tersedia didalam tanah tidak mencukupi dalam pertumbuhan jika tidak diberi pupuk dasar yang mengandung unsur hara  P dan K. dimana unsur tersebut diperlukan oleh tanaman jika tanah ini diberikan pupuk Urea maka pertumbuhan akan lebih baik karena pupuk Urea mengandung Unsur hara N yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dimana unsur hara N bermanfaat bagi tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012) yang menyatakan unsur hara N bermanfaat Sebagai penyusun zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting dalam proses fotosintesis tanaman dan membuat daun tanaman menjadi lebih hijau, Mempercepat pertumbuhan vegetatif (pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar daun), panjang malai, jumlah gabah dll; Meningkatkan kadar protein hasil panen tanaman Bagian terpenting dari asam-asam amino, asam nucleat, dan klorofil.
            Pada perlakuan AIII tidak memakai pupuk urea sehingga tanaman kekurangan unsur N, yang ada hanya unsur hara P dari pupuk SP36 dan unsur K dari KCl, dimana unsur hara P berfungsi dalam perangsangan perumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapto, (1998) yang menyatakan bahwa Fungsi unsur P antara lain merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen danmenambah nilai gizi biji.
            Pada perlakuan kontrol kelihatan tanaman mengalami penghambatan pertumbuhan dilihat dari rata-rata pertumbuhan setiap minggu pertumbuhannya naik tetapi kenaikannya tidak cukup banyak dibandingkan dengan tanaman perlakuan AIII dimana pertumbuhannya lebih baik, hal ini dikarenakan tanaman kekurangan unsur P dimana gejala kekurangan unsur P yaitu pertumbuhan terhambat/ kerdil. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam (2002) yang menyatakan bahwa Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil.
 

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Perlakuan AIII rata-rata tinggi tanaman lebih baik dibandingkan rata-rata tinggi tanaman kontrol karena tanaman control tidak mengalami pemupukan kekurangan unsur hara N, P, K.
2.      Pada tanaman perlakuan AIII memerlukan pemberian pupuk Urea diman pupuk ini mengandung unsur hara N dimana unsur tersebut sangat diperlukan olehtanaman karena memiliki manfaat yang banyak untuk tanaman.
3.      Gejala kekurangan unsur P dalam tanah pada tanaman jagung yaitu pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil.
5.2     Saran
Sebaiknya  agar hasil budidaya suatu tanaman mendapat hasil yang baik maka perlu di beri unsur hara dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk Urea, SP36 dan KCl secara tidak berlebihan agar tidak kekurangan unsur N,P, K seingga mendapatkan hasil yang tanaman yang baik.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008.http://id.friendplay.com/index.php?m=blog&c=show_std_blog_comment&username=akhmad06&post_id=4252. Diakses pada hari selasa 15 Mei 2012.

Anonim, 2010.http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/jagung. Diakses pada hari selasa 15 Mei 2012.

Anonym, 2012.Urea. http://www.pupukkaltim.com/ina/produk/index.php?act=urea diakses pada 15 Mei 2012.

AAK.,1993. Seri Budidaya Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Buckman H.O. dan N.C. Brady, 1992.  Ilmu Tanah.  Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Hakim Nurhayati, M. Yusuf Nyaka, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Rusdi Saul, G. Ban Hong, H. Bailel, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno,S. 1993.  Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.  Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Mediyatma Sarana Perkasa, Jakarta.

Harisuseno,, 1997. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex, Jakarta
Jumin, H.B., 1992.  Dasar-Dasar Agronomi.  Rineka Cipta, Jakarta.

Munir, M., 1996.  Tanah-Tanah Utama Di Indonesia Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya.  IPB, Bogor.

Pairunan, A. K. J. L. Nanera, Solo, S.R. Samosir. R. Tangkaisari, J.R.Lalopua, B. Ibrahim, H. Asmadi, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Poerwidodo, 1992.  Telaah Kesuburan Tanah.  Penerbit Angkasa, Bandung.

Rosmarkam,A dan Widya Yuwono.N., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Suprapto, 1998. Bertanam Jagung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.      



LAMPIRAN
Tabel 1. Pengamatan Pertama
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (cm)
A1
15,6
2
A2
16,1
2
A3
17,4
3
A4
16,3
3
A5
17,8
3
B1
18
2
B2
15,3
4
B3
14,2
3
B4
15,9
3
B5
13,6
4
C1
11,9
2
C2
13,1
3
C3
19.8
4
C4
18
4
C5
17,5
4

Tabel 2. Pengamatan Kedua
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (cm)
A1
23,4
4
A2
22,5
4
A3
27
4
A4
26,9
5
A5
26
4
B1
22,8
3
B2
21,5
5
B3
25,6
4
B4
30
2
B5
24
5
C1
19
3
C2
19,8
4
C3
26
4
C4
24,3
5
C5
28,5
5
Tabel 3. Pengamatan Ketiga
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (cm)
A1
34,2
5
A2
45
5
A3
53
5
A4
50,2
6
A5
34
5
B1
39,5
5
B2
29,3
5
B3
44
5
B4
48
6
B5
43,3
6
C1
24,4
3
C2
40,6
5
C3
33
5
C4
46
5
C5
45,2
6



Tabel 4. Pengamatan Keempat
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (cm)
A1
47
6
A2
72,1
5
A3
93,6
6
A4
85,9
7
A5
64,8
5
B1
61,4
6
B2
60
5
B3
87,5
6
B4
87,3
7
B5
76,6
6
C1
49
5
C2
37
6
C3
51,4
5
C4
66,9
6
C5
78,2
7

Tabel 5. Pengamatan Kelima
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (cm)
A1
75,6
6
A2
91
7
A3
121,4
8
A4
137,1
8
A5
99
7
B1
95,2
8
B2
86
7
B3
120,3
7
B4
97
8
B5
135,1
7
C1
66,6
5
C2
68,7
7
C3
79
7
C4
93.7
8
C5
98
7

Tabel 6. Pengamatan Keenam
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (cm)
A1
98,4
7
A2
121,2
8
A3
155
9
A4
166,8
10
A5
140,2
7
B1
141,7
8
B2
131,5
8
B3
151,5
8
B4
143,9
9
B5
150
9
C1
83,8
6
C2
90,5
8
C3
118,2
7
C4
141,7
9
C5
145,3
8