Laporan
Praktikum
Fisiologi Pasca Panen
PELILINAN BUAH
Oleh:
HIJRAHWATI RIZKITA M
G111 10 319
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASHASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran
dan buah-buahan yang telah dipanen masih merupakan benda hidup. Benda
hidup disini dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan
kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses metabolisme
tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen akan
mengalami perubahan-perubahan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi kimiawinya serta mutu dari produk tersebut.
Mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat
diperbaiki, Akan tetapi dapat dicegah laju kemundurannya atau mencegah proses
kerusakan berjalan lambat. Berarti bahwa mutu yang baik dari suatu produk
hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dicapai apabila produk tersebut
dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan fisiologis sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh konsumen.
Akan tetapi penanganan produk hortikultura setelah dipanen
sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius
baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walaupun
hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila
penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera
akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa umur
simpan produk hortikultura relatif tidak tahan lama.
Maka dari itu kita harus mengetahuai bagaimana cara pada
penanganan pasca panen, dengan itu perlu diadakan praktikum ini dengan tujuan
agar mengetahui apakah lilin dapat mencegah kelayuan sehingga produk/buah yang
disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses transpirasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan
alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah
merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis
mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir
madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan
mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin
atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa pengepresan dan sarang yang
hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan sehingga menjadi lilin atau
malam (Winarno, 1981). Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik,
bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini berwarna putih
kekuningan sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC dan bobot
jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah banyak digunakan untuk
pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan murah (Bernett,
1964). Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon palem (Copernica
Cerifera). Sedangkan lilin spermaceti adalah lilin yang didapat
dari kepala ikan paus (Phesester macrocephalus). Lilin ini banyak
digunakan dalam industri obat dan kosmetik (Bernett, 1964 dalam Pantastico
1986).
Menurut Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan
suhu dingin (15-18 oC) dapat memperpanjang umur simpan buah selama 7
hari. Salah satu contohnya adalah jeruk pacitan, kesegaran buah dapat dipertahankan
dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah disimpan pada suhu rendah
(Nainggolan, 1992).
Pada seluruh permukaan luar kulit buah-buahan memiliki
lapisan lilin yang alami. Tiap buah memiliki ketebalan lapisan yang
berbeda-beda. Lapisan lilin alami tersebut sebagian hilang akibat pencucian.
Oleh karena itu, pemberian lilin terhadap buah-buahan pascapanen amat
diperlukan. Pelapisan lilin dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk
terutama pada buah-buahan yang memiliki luka atau goresan-goresan kecil pada
permukaan kulit buah. Artinya, kerusakan atau pembusukan pada saat buah dalam
penyimpanan dapat dicegah (Zuhairini, 1996).
Pelilinan merupakan suatu proses pemberian lapisan pada
permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna
mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya. Menurut Roosmani
(1975) bahwa pelapisan lilin terhadap buah dan sayuran berfungsi sebagai
lapisan pelindung terhadap hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan
oksigen untuk respirasi. Dengan kata lain pelapisan dapat menekan respirasi dan
transpirasi dari buah dan sayuran segar, dapat mengurangi kerusakan pasca panen
akibat proses respirasi sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang
lebih lama dan nilai jualnya dapat dipertahankan.
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan
lilin harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mempengaruhi bau dan rasa produk
yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah
pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, mudah
diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat racun (Roosmani,
1975). Jenis lilin yang biasa dipakai untuk proses pelilinan antara lain lilin
tebu, lilin carnuba, resin termoplastik, selak, lilin lebah dan sebagainya.
Pemberian lilin pada produk hortikultura dapat dilakukan
dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan atau pengolesan. Pembusaan merupakan
cara pemberian lilin yang memuaskan karena cara ini meninggalkan lapisan lilin
yang sangat tipis pada buah. Suatu alat pembusa dipasang diatas sikat yang
sesuai dan emulsi lilin diberikan kepada buah dan sayuran dalam bentuk busa.
Penyemprotan cenderung memboroskan pelapisn lilin, lilin dapat diperoleh
kembali dalam panci – panci penangkap. Pencelupan dilakukan dengan membenamkan
buah atau sayuran dalam tangki pencelup yang berisi emulsi lilin selama 30
detik. Emulsi diberikan dengan kuas yang dipasang konveyor beroda (Pantastico,
1986). Dengan adanya proses pelilinan ini diharapkan kualitas produk bisa tetap
dipertahankan dan produk – prouk hortikultura di Indonesia lebih diminati serta
tidak kalah saing dengan yang impor.
BAB III
METODOLOGI
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini di
laksanakan pada hari senin 7 Mei 2012 pukul 15.00 Wita sampai selesai.
Bertempat di Laboratorium I Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang di
gunakan pada praktikum ini yaitu selotip, gelas erlenmeyer, dan timbangan.
Bahan yang di gunakan pada praktikum ini yaitu buah jeruk, buah apel dan lilin
3.3.
Prosedur Percobaan
1. Menyediakan alat dan bahan.
2. Menimbang masing-masing buah dan
catat beratnya.
3. Untuk buah control tidak dilakukan perlakuan,
untuk perlakuan kedua buah di celub ke lilin beberapa detik sampai semua
permukaan buah terkena lilin, kemudian untuk perlakuan selanjutnya dicelup pada
lilin kemudian dibungkus dengan isolotip.
4. Kemudian simpan selama 5 hari.
5. Pada hari kelima bersihkan semua buah dari setiap
perlakuan kemudian menimbang buah.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Tabel
hasil analisis fisik buah selama peyimpanan
Hari
|
Jenis
buah
|
Perlakuan
|
Berat
|
|
Pengamatan
|
|
|
|
Tekstur
|
Warna
|
Aroma
|
kenampakan
|
|||||
0
|
Apel
|
· Kontrol
· Di celup
Pada lilin
· Celup +
plastik
|
116
gr
130
gr
138gr
|
Halus
Halus
Halus
|
Kuning
kemerahan
Merah
kekuningan
Kuning
kemerah-merahan
|
Apel
Apel
Apel
|
Ada
luka
Normal
Normal
|
|
|
Jeruk
|
· Kontrol
· Di celup
Pada lilin
· Celup +
plastik
|
99,04
gr
100,9
gr
83
gr
|
Kasar
Kasar
Kasar
|
Hijau
bintik-bintik kuning
Hijau
bintik-bintik kuning
Hijau
bintik-bintik kuning
|
Jeruk
Jeruk
Jeruk
|
Hampir
busuk
Ada
luka
Normal
|
|
5
|
Apel
|
· Kontrol
· Di celup
Pada lilin
· Celup +
plastik
|
114,6
gr
130
gr
137
gr
|
Halus
Halus
Halus
|
Tetap
Orange
kecokelatan
Orange
kecoklatan
|
Terasaaperl
Terasa
apel
Terasa
apel
|
Tetap
Tetap
Tetap
|
|
|
Jeruk
|
· Kontrol
· Di celup
Pada lilin
· Celup +
plastik
|
90,4
gr
105,3
gr
83,5
gr
|
Kasar
Kasar
Kasar
|
Tetap
Tetap
Tetap
|
Aroma
jeruk hilang
Bau
busuk
Aroma
jeruk hilang
|
Busuk
Busuk
Busuk
|
|
4.2. Pembahasan
Dari hasil di atas mada
dapat di lihat bahwa buah apel yang tanpa perlakuan (kontrol) setelah hari
kelima mengalami penurunan berat dari 116 gram menjadi 114,6 gram, beda halnya
dengan perlakuan dicelup pada lilin dan dicelup kemudian di bungkus plastic
kedua perlakuan titu hanya mengalami penurunan berat 0,9 gram atau tidak
mengalami penurunan pada perlakuan dicelup dengan lilin. Ini yang menandakan
bahwa lilin dapat menghambat/mempertahankan
kualitas buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim b (2010)
yang menyatakan bahwa Pelilinan
merupakan suatu proses pemberian lapisan pada permukaan produk hortilkultura
dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang
umur simpannya.
Begitu pula pada
penampakan tekstur,warna aroma dan kenampakan pada buah aple nyaris tidak
mengalami perubahan apapun dengan kata lain lilin dapat mempertahankan karna
dengan adanya pelilinan dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhairini, (1996) yang menyatakan bahwa
pelilinan dapat mencegah
serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan memiliki luka atau
goresan-goresan kecil pada permukaan kulit buah. Artinya, kerusakan atau
pembusukan pada saat buah dalam penyimpanan dapat dicegah.
Berbeda dengan buah apel, jeruk sedikit mengalami perubahan
pada berat, aroma, maupun kenampakanya akan tetapi perubahannya tidak terlalu
jauh dari hari pertama. Sedangkan pada tekstur dan warna tidak mengalami
perubahan. Dilihat dari itu semua, buah jeruk jika diberi lilin sama halnya
apel bisa mempertahankan buah. Mungkin karena buah jeruk yang digunakan pada
percobaan mengalami lukadan hamper busuk sehingga buah ini menurunkan berat dan
aroma yang berbeda dari yang hari ke 0.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum
ini maka dapat di ambil kesimpulan yaitu:
1. Lilin dapat mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur
simpannya.
2. pelilinan
dapat mencegah serangan patogen-patogen
pembusuk terutama pada buah-buahan memiliki luka atau goresan-goresan kecil
pada permukaan kulit buah.
5.2. Saran
Sebaiknya bahan atau buah yang akan
di ujikan tidak di beli dari penjual yang sudah memakaikan lilin padabuah yang
di jual.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a2010
http://agroinworld.blogspot.com/2010/07/proses-pelilinan-pada-produk.html Diakses pada
sabtu 12 Mei 2012.
Anonim
b2010 http://lordbroken.wordpress.com/2010/07/14/proses-pelilinan-waxing-pada-produk-hortikultura/ Diakses pada 13
Mei 2012.
LAMPIRAN
Sebelum
(Hari Ke-0)
Kontrol
Di celup lilin
Dicelup + dibungkus isolotip
Sesuda (Hari Ke- 5)
Kontrol
Di celup
lilin
Dicelup +
dibungkus isolotip