Minggu, 13 Mei 2012


Laporan Praktikum
Fisiologi Pasca Panen
PELILINAN BUAH
                                           

Oleh:
HIJRAHWATI RIZKITA M
G111 10 319




AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASHASANUDDIN
MAKASSAR
2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang telah dipanen masih merupakan benda hidup. Benda  hidup disini dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses metabolisme tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen akan mengalami perubahan-perubahan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimiawinya serta mutu dari produk tersebut.
Mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat diperbaiki, Akan tetapi dapat dicegah laju kemundurannya atau mencegah proses kerusakan berjalan lambat. Berarti bahwa mutu yang baik dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dicapai apabila produk tersebut dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan fisiologis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh konsumen.
Akan tetapi penanganan produk hortikultura setelah dipanen sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walaupun hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa umur simpan produk hortikultura relatif tidak tahan lama.
Maka dari itu kita harus mengetahuai bagaimana cara pada penanganan pasca panen, dengan itu perlu diadakan praktikum ini dengan tujuan agar mengetahui apakah lilin dapat mencegah kelayuan sehingga produk/buah yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanya proses transpirasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981). Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan murah (Bernett, 1964). Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon palem (Copernica Cerifera). Sedangkan lilin spermaceti adalah lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester macrocephalus). Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik (Bernett, 1964 dalam Pantastico 1986).
Menurut Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan suhu dingin (15-18 oC) dapat memperpanjang umur simpan buah selama 7 hari. Salah satu contohnya adalah jeruk pacitan, kesegaran buah dapat dipertahankan dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah disimpan pada suhu rendah (Nainggolan, 1992).
Pada seluruh permukaan luar kulit buah-buahan memiliki lapisan lilin yang alami. Tiap buah memiliki ketebalan lapisan yang berbeda-beda. Lapisan lilin alami tersebut sebagian hilang akibat pencucian. Oleh karena itu, pemberian lilin terhadap buah-buahan pascapanen amat diperlukan. Pelapisan lilin dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan yang memiliki luka atau goresan-goresan kecil pada permukaan kulit buah. Artinya, kerusakan atau pembusukan pada saat buah dalam penyimpanan dapat dicegah (Zuhairini, 1996).
Pelilinan merupakan suatu proses pemberian lapisan pada permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya. Menurut Roosmani (1975) bahwa pelapisan lilin terhadap buah dan sayuran berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi. Dengan kata lain pelapisan dapat menekan respirasi dan transpirasi dari buah dan sayuran segar, dapat mengurangi kerusakan pasca panen akibat proses respirasi sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama dan nilai jualnya dapat dipertahankan. 
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mempengaruhi bau dan rasa produk yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat racun (Roosmani, 1975). Jenis lilin yang biasa dipakai untuk proses pelilinan antara lain lilin tebu, lilin carnuba, resin termoplastik, selak, lilin lebah dan sebagainya.
Pemberian lilin pada produk hortikultura dapat dilakukan dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan atau pengolesan. Pembusaan merupakan cara pemberian lilin yang memuaskan karena cara ini meninggalkan lapisan lilin yang sangat tipis pada buah. Suatu alat pembusa dipasang diatas sikat yang sesuai dan emulsi lilin diberikan kepada buah dan sayuran dalam bentuk busa. Penyemprotan cenderung memboroskan pelapisn lilin, lilin dapat diperoleh kembali dalam panci – panci penangkap. Pencelupan dilakukan dengan membenamkan buah atau sayuran dalam tangki pencelup yang berisi emulsi lilin selama 30 detik. Emulsi diberikan dengan kuas yang dipasang konveyor beroda (Pantastico, 1986). Dengan adanya proses pelilinan ini diharapkan kualitas produk bisa tetap dipertahankan dan produk – prouk hortikultura di Indonesia lebih diminati serta tidak kalah saing dengan yang impor.




BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum ini di laksanakan pada hari senin 7 Mei 2012 pukul 15.00 Wita sampai selesai. Bertempat di Laboratorium I Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
            Alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu selotip, gelas erlenmeyer, dan timbangan. Bahan yang di gunakan pada praktikum ini yaitu buah jeruk, buah apel dan lilin
3.3. Prosedur Percobaan
1. Menyediakan alat dan bahan.
2. Menimbang masing-masing buah dan catat beratnya.
3. Untuk buah control tidak dilakukan perlakuan, untuk perlakuan kedua buah di celub ke lilin beberapa detik sampai semua permukaan buah terkena lilin, kemudian untuk perlakuan selanjutnya dicelup pada lilin kemudian dibungkus dengan isolotip.
4. Kemudian simpan selama 5 hari.
5. Pada hari kelima bersihkan semua buah dari setiap perlakuan kemudian menimbang buah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel hasil analisis fisik buah selama peyimpanan
Hari
Jenis buah
Perlakuan
Berat

Pengamatan


Tekstur
Warna
Aroma
kenampakan
0
Apel
·   Kontrol


·   Di celup
Pada lilin

·   Celup + plastik
116 gr


130 gr


138gr
Halus


Halus


Halus

Kuning kemerahan

Merah kekuningan

Kuning kemerah-merahan
Apel


Apel


Apel

Ada luka


Normal


Normal


Jeruk

·   Kontrol


·   Di celup
Pada lilin

·   Celup + plastik
99,04 gr

100,9 gr

83 gr
Kasar


Kasar


Kasar

Hijau bintik-bintik kuning
Hijau bintik-bintik kuning
Hijau bintik-bintik kuning
Jeruk


Jeruk


Jeruk

Hampir busuk

Ada luka


Normal

5
Apel

·   Kontrol


·   Di celup
Pada lilin

·  Celup + plastik
114,6 gr

130 gr


137 gr
Halus


Halus


Halus

Tetap


Orange kecokelatan

Orange kecoklatan
Terasaaperl

Terasa apel

Terasa apel
Tetap


Tetap


Tetap









Jeruk
·   Kontrol



·   Di celup
Pada lilin
·  Celup + plastik
90,4 gr


105,3 gr
83,5 gr
Kasar



Kasar


Kasar

Tetap



Tetap


Tetap

Aroma jeruk hilang

Bau busuk

Aroma jeruk hilang
Busuk



Busuk


Busuk











4.2. Pembahasan
Dari hasil di atas mada dapat di lihat bahwa buah apel yang tanpa perlakuan (kontrol) setelah hari kelima mengalami penurunan berat dari 116 gram menjadi 114,6 gram, beda halnya dengan perlakuan dicelup pada lilin dan dicelup kemudian di bungkus plastic kedua perlakuan titu hanya mengalami penurunan berat 0,9 gram atau tidak mengalami penurunan pada perlakuan dicelup dengan lilin. Ini yang menandakan bahwa lilin dapat menghambat/mempertahankan kualitas buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim b (2010) yang menyatakan bahwa Pelilinan merupakan suatu proses pemberian lapisan pada permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya.
Begitu pula pada penampakan tekstur,warna aroma dan kenampakan pada buah aple nyaris tidak mengalami perubahan apapun dengan kata lain lilin dapat mempertahankan karna dengan adanya pelilinan dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhairini, (1996) yang menyatakan bahwa pelilinan dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan memiliki luka atau goresan-goresan kecil pada permukaan kulit buah. Artinya, kerusakan atau pembusukan pada saat buah dalam penyimpanan dapat dicegah.
Berbeda dengan buah apel, jeruk sedikit mengalami perubahan pada berat, aroma, maupun kenampakanya akan tetapi perubahannya tidak terlalu jauh dari hari pertama. Sedangkan pada tekstur dan warna tidak mengalami perubahan. Dilihat dari itu semua, buah jeruk jika diberi lilin sama halnya apel bisa mempertahankan buah. Mungkin karena buah jeruk yang digunakan pada percobaan mengalami lukadan hamper busuk sehingga buah ini menurunkan berat dan aroma yang berbeda dari yang hari ke 0.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dari praktikum ini maka dapat di ambil kesimpulan yaitu:
1.       Lilin dapat mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya.
2.      pelilinan dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan memiliki luka atau goresan-goresan kecil pada permukaan kulit buah.
5.2. Saran
            Sebaiknya bahan atau buah yang akan di ujikan tidak di beli dari penjual yang sudah memakaikan lilin padabuah yang di jual.


 DAFTAR PUSTAKA



LAMPIRAN
Sebelum (Hari Ke-0)
                              Kontrol
                            Di celup lilin
               Dicelup + dibungkus isolotip
Sesuda (Hari Ke- 5)
                                Kontrol
                                  Di celup lilin

Dicelup + dibungkus isolotip